IBX5980432E7F390 April 2017
Koleksi Batik Tua Berusia 32 tahun

Koleksi Batik Tua Berusia 32 tahun

Ulas Batik Indonesia | Salah satu koleksi batik kami yang berusia 32 tahun (1992 - 2024) yaitu batik yang masih berbentuk kain dengan ukuran 2 x 1 meter dengan motif Parang Tritis, Batik ini adalah jenis Batik Cap dengan bahan pewarna alami yang berasal dari daerah Yogyakarta. Nama Parang Tritis, adalah juga nama sebuah pantai yang cukup terkenal di Yogyakarta yang letaknya berada di pesisir pantai Selatan atau Laut Kidul.

Batik ini memang tidak digunakan dan hanya disimpan sebagai koleksi dengan sedikit perawatan, misalnya dikeluarkan minimal sebulan satu kali dari lemari penyimpanan untuk diangin-anginkan agar kain Batik tidak lembab. Dengan cara perawatan itu saja, walaupun sudah berusia 32 tahun Batik ini masih terlihat baik sekali dengan aroma khas Batik Cap.
 
Motif Parang, termasuk motif batik paling tua di Indonesia. Motif ini telah dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram. Pada jaman ini, batik bermotif parang hanya digunakan di kalangan kraton kerajaan pada acara-acara tertentu saja. Motif ini juga motif Batik populer, bahkan sudah mendunia dan motif ini pernah digunakan oleh Aktris Hollywood, Jesica Alba yang menggunakan gaun dengan motif Parang Rusak dengan ukuran besar.

Selain motif Parang Tritis, terdapat motif-motif jenis parang lainnya antara lain :
  • Motif Parang Kesumo
  • Motif Parang Barong
  • Motif Parang Slobog
  • Motif Parang Tuding
  • Motif Parang Klitik
  • dan motif parang paling terkenal yaitu Motif Parang Rusak
Koleksi Batik Tua Berusia 43 tahun

Koleksi Batik Tua Berusia 43 tahun




Ulas Batik Indonesia | Salah satu koleksi batik yang kami miliki adalah jenis Batik Tulis dengan motif  "Kebon Kosong" yang telah mencapai usia 43 tahun  (1981 - 2024).
Batik motif Kebon Kosong asli berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Nama lain dari motif Kebon Kosong adalah Motif Gedong Suwung. Suwung juga mempunyai makna atau arti "Kosong".

Disebut motif Kebon Kosong karena pada area kain hanya sedikit yang diberi gambar, sehingga banyak area di kain yang tidak terdapat gambar serta warna dan oleh karenanya motif kebon kosong ini terlihat simple atau sederhana motifnya. Kebanyakan motif kebon kosong adalah bergambar seperti burung dengan perpaduan warna abu-abu tua dan coklat dengan dasar warna kain berwarna putih.

Sama dengan koleksi Batik kami lainnya (Batik Usia 25 tahun dan Batik Usia 40 tahun), Batik Tulis Motif Kebon Kosong koleksi kami ini tidak digunakan dan hanya disimpan dengan tetap mendapatkan perawatan secukupnya, seperti di keluarkan dari lemari penyimpanan dalam waktu tertentu agar tidak lemban. Kondisi Batik ini masih sangat bagus dan mengeluarkan aroma khas Batik Tulis karena Batik ini dibuat dengan menggunakan bahan pewarna alami.
  
Koleksi Batik Tua berusia 47 tahun

Koleksi Batik Tua berusia 47 tahun

Ulas Batik Indonesia | Dari tiga koleksi Batik yang kami miliki, inilah koleksi Batik kami yang usianya paling tua yaitu berusia 47 tahun (1977 - 2024). Koleksi Batik kami ini merupakan jenis Batik Tulis dengan motif Sekar Jagad.
Motif Sekar Jagad mulai dikenal sejak abad ke 18 di daerah Solo. Batik dengan Motif ini merupakan salah satu motif batik yang populer. Dalam Bahasa Jawa, kata "Sekar" mempunyai arti bunga dan kata "Jagad" mempunyai arti Dunia. Sekar Jagad dapat diartikan bunga dari berbagai belahan dunia. Makna dari motif ini adalah bahwa pemakai motif batik sekar jagad adalah dapat memancarkan keindahan dan kecantikan sebagaimana halnya bunga bunga

Serupa dengan dua batik koleksi kami, Batik motif Sekar Jagad koleksi kami ini juga tidak digunakan dan hanya disimpan sebagai koleksi dengan perawatan secukupnya yaitu secara berkala Batik dikeluarkan dari lemari penyimpanan agar tidak lembab. Dengan perawatan secukupnya tersebut, Batik Tulis Motif Sekar Jagad koleksi kami ini tetap terjaga dan masih terlihat cukup baik walau telah berusia puluhan tahun. Selain itu, bau aroma khas dari Batik Tulis juga masih tercium karena batik ini dibuat dengan menggunakan bahan pewarna alami.

 
Batik dengan Pewarna Sintetis

Batik dengan Pewarna Sintetis

Ulas Batik | Batik pada mulanya menggunakan pewarna alami sebelum ditemukannya pewarna buatan atau ada yang menyebut pewarna sintetis dan ada yang menyebut pewarna sintesis. Pewarna sintetis ini ditemukan pada sekitar tahun 1850an dan secara masal mulai digunakan pada tahun 1870an ketika terjadi revolusi industri di Eropa. Pewarna sintetis ini sebenarnya digunakan untuk pewarnaan tekstil, namun seiring perkembangan dapat juga digunakan pada proses pewarnaan untuk batik.
Harga lebih murah, mudah diperoleh dan ketersediannya di pasaran yang banyak dibandingkan dengan pewarna alami, membuat penggunaan pewarna sintesis semakin populer dikalangan pengrajin batik.
Namun, kekuatan bahan pewarna sintetis sangat jauh kualitasnya dibanding dengan bahan pewarna alami. Batik dengan bahan pewarna sintetis, warnanya akan lebih cepat memudar, sebaliknya batik dengan bahan pewarna alami justru warnanya akan bertahan jauh lebih lama.

Alasan lain dari penggunaan pewarna sintetis juga bukan semata mata karena murah dari sisi harga, namun kadangkala digunakan ketika bahan yang akan dipakai untuk membatik tidak dapat menggunakan pewarna alami. Kain berjenis polyster dan nilon contohnya, karena jenis bahan kain tersebut tidak dapat menyerap pewarna alami sehingga harus menggunakan pewarna buatan atau sintetis. Oleh karena itu, harga batik dengan bahan pewarna sintetis relatif lebih murah dari pada harga batik dengan bahan pewarna alami.

Zat pewarna sintesis untuk tekstil sangat beragam jenisnya, namun hanya beberapa jenis saja yang dapat diaplikasikan atau digunakan untuk pewarna batik, di antaranya yaitu :

1. Zat warna Sintesis jenis Rapid
2. Zat warna Sintesis jenis Indigosol
3. Zat warna Sintesis jenis Napthol
4. Zat warna Sintesis jenis Reaktif
5. Zat warna Sintesis jenis Indanthrene
6. Zat warna Sintesis jenis Pigmen

Bagaimana membedakan Batik yang menggunakan pewarna sintesis dan pewarna alami?
  1. Yang pertama dapat dilihat pada bahan yang digunakan. Batik dengan jenis kain yang terbuat dari polyster dan nilon jelas menggunakan pewarna sintesis.
  2. Aroma atau bau dari kain Batik yang menggunakan pewarna sintesis biasanya lebih tajam dari pada yang menggunakan pewarna alami.
  3. Dari sisi harga, kebanyakan Batik yang menggunakan pewarna sintesis mempunyai harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan Batik yang menggunakan pewarna alami.
  4. Batik yang menggunakan pewarna sintesis kebanyakan mempunyai warna-warna terang dan lebih cerah dibandingkan dengan batik yang menggunakan pewarna alami.
  5. Dalam jangka panjang, Batik yang menggunakan pewarna sintetis warnanya cenderung memudar dan kusam, sementara Batik dengan pewarna alami justru warnanya kian bagus.
Untuk kain tekstil yang menyerupai Batik, jelas sekali menggunakan bahan pewarna sintetis.

Proses Pembuatan Batik Tulis - Bagian 1

Proses Pembuatan Batik Tulis - Bagian 1

Batik Indonesia | Pada proses pembuatan batik tulis membutuhkan teknik dan keahlian, ketepatan, kesabaran dan yang paling penting ketenangan hati dari pembuatnya.
Selain itu, proses pembuatan batik tulis keseluruhannya dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin, semuanya menggunakan keterampilan tangan manusia. Mulai dari menggambar atau menulis motif, memberi lapisan "malam" pada motif, memberi warna pada pola dan kain, menjemur hingga menjadi sebuah kain batik dilakukan dengan keahlian tangan manusia. Selain itu, proses pembuatan Batik Tulis juga memakan waktu yang lebih lama sekitar 2 sampai 3 bulan bahkan ada yang sampai 6 bulan (tergantung motif yang dibuat). Oleh karena semuanya dikerjakan secara manual dan membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya, maka tidak mengherankan apa bila harga batik tulis relatif jauh lebih mahal dari pada jenis batik cap.

Alat alat yang dibutuhkan dalam pembuatan Batik Tulis :
  1. Canting, alat batik untuk wadah "malam" yang akan digunakan untuk melapisi gambar motif
  2. Pensil untuk menggambar motif pada kain
  3. Kain warna putih
  4. Lilin "Malam"
  5. Panci penggorengan kecil untuk mencairkan atau memasak lilin "malam"
  6. Kompor kecil untuk memasak lilin "malam"
  7. "Gawangan" yaitu kayu yang dibentuk seperti tiang penyangga untuk membantu mempermudah si pembatik pada saat proses pelapisan lilin "malam"
  8. Bahan Pewarna

Proses Pertama
Sebelum menggambar pada kain, pertama kali kain dicuci terlebih dahulu dengan maksud agar kain menjadi lebih lentur dan memudahkan pada saat proses batik selnjutnya.
Gambarkan pola atau motif dengan pensil pada selembar kain yang sudah disiapkan tersebut. Pola atau motif seperti yang digariskan pada gambar tergantung dari keinginan pembuat atau juga tergantung pada orang yang memesan.

Setelah kain selesai digambar atau diberi pola, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan lilin "Malam" dengan memasaknya ke dalam panci kecil.


Proses Kedua
Saat lilin "malam" sudah disiapkan, proses selanjutnya adalah melapisi pola gambar pada kain dengan lilin malam. Pelapisan lilin malam menggunakan alat yang disebut dengan "Canting". Proses ini sering disebut dengan pencantingan.
Untuk memudahkan pada proses ini bagi si pembatik, maka digunakan tiang yang disebut dengan "gawangan" yang fungsinya untuk menaruh kain yang sedang dalam proses pencantingan
Inilah proses yang paling memakan waktu lama dari pembuatan batik tulis. Disinilah proses dimana dibutuhkan ketenangan baik pikiran maupun jiwa, ketelitian dan kesabaran dari sang pembatik.

lanjutan :  Proses Pembuatan Batik Tulis - Bagian 2